Rabu, 02 Februari 2011

Roda Selalu Berputar

Pagi yang indah berselimut rintik hujan, pagi ini hati mulai terbuka kembali untuk menerima dirimu. Ingin bertegur sapa dan ingin mengurai tali yang beberapa hari ini ruwet. Usaha ini mungkin belum kau terima dengan tangan terbuka, karena mungkin ada ucapan yang kurang berkenan dalam hatimu atau pun keterbatasan yang sedang menghampiri kita. Tak apa hari ini kau bersikap seperti itu, harapan dan cemas selalu ada dalam diri setiap manusia. Begitu juga dengan yang menulis ini.

Sikap terbuka mau menerima kekurangan dan kelebihan orang lain untuk dewasa ini sangatlah sedikit. Keegoisan selalu menyelimuti diri, belum mau melepasnya. Ada kalanya kita memakai selimut tersebut, akan tetapi ada kalanya kita harus melepasnya ketika sudah menganggapnya dan perlu untuk dilepas. Seorang yang dikatakan dewasa mampu memilah dan memilih kapan dia harus menggunakannya dan kapan harus melepasnya. Selain itu, mampu memahami orang lain ketika sedang memakainya.

Rasa cinta dan kasih sayang ini jika berlandas pada ingin mendapatkan ridho Allah walau ada angin yang kencang dan badai menghadang kita akan mampu menghadapi bersama. Mungkin semua ini memang belum waktunya. Jika suatu saat nanti sudah datang, sikap keegoisan kita dapat kita kendalikan dengan baik agar tidak berdampak kepada yang lainnya. Memang tidak semudah membalik telapak tangan, dan kita harus selalu berusaha.

Kita tahu bahwa roda itu akan selalu berputar, jika berhenti walau sebentar semua akan berakhir. Begitu juga dengan posisi kita, ada kalanya kita di atas dan ada kalanya kita di bawah. Dengan kesabaran, ketekunan, keoptimisan, komitmen, sikap dan perbuatan yang positif, harap dan cemas, saling mengingatkan, berdoa dll yang baik-baik InsyaAllah kita akan tetap berjalan sampai akhir hayat dan melewatinya dengan baik dan benar. Untuk mengetahui yang baik dan benar, kita juga membutuhkan yang buruk dan salah. Walau hanya sekedar mengetahui, kita berusaha untuk tidak melakukannya. Kalaupun harus melakukannya, kita berusaha untuk bangkit dan menyadarkan diri bahwa yang kita lakukan itu salah.

Benar dan baik itu haruslah kita sadarkan kepada yang paling utama terlebih dahulu yaitu Al Qur'an dan Al Hadis. Kita diberi Allah akal pikiran, perasaan dan tindakan yang sehat jika kita mau menggunakannya. Seperti dalam firman Allah Surat Yunus 10 : 35

قُلْ هَلْ مِن شُرَكَآئِكُم مَّن يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ قُلِ اللّهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ أَفَمَن يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَن يُتَّبَعَ أَمَّن لاَّ يَهِدِّيَ إِلاَّ أَن يُهْدَى فَمَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ

Artinya: Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekuturmu ada yang menunjuki kepada kebenaran?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran". Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan? {QS. Yunus (10) : 35}

Andai rasa kasih dan sayang ini sudah tidak ada, mungkin kita tidak ada usaha untuk saling mengingatkan dan rasa simpatik itu sudah tidak ada. Bagaikan magnet, apabila semua kutub positif maka akan saling tolak menolak begitu juga dengan apabila semuanya kutub negatif juga akan saling tolak menolak. Marilah kita saling mengingatkan dan saling mengerti bagaimana perasaan orang lain. Dengan kita mengerti perasaan hati kita, kita InsyaAllah juga akan mengerti perasaan orang lain. Fitroh manusia adalah kebaikan dan kebenaran. Dan semua itu memang butuh proses. Selalu mencoba untuk menghargai proses dan ingin selalu memaknai proses tersebut. Hati ini percaya kalau sebenarnya hatimu adalah hati yang lembut yang mau menerima kebaikan dan kebenaran. Karena mungkin hidayah Allah belum turun dan kita belum bangun dari tidur sehingga kita melakukan itu semua dan menimbulkan rasa yang kurang pantas untuk diungkapkan.

Terima kasih cinta, semoga kebersamaan ini selalu ada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar